Anak Loper Koran ini Berhasil Menjadi Wisudawan Berprestasi IPB Dengan IPK Sempurna

Lulusan Terbaik Program Magister Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor (IPB), Rahmat Budiarto berhasil memperoleh nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sempurna 4,00. Rahmat mendapatkan gelar magisternya, saat Upacara Wisuda di Graha Widya Wisuda, Kampus IPB Dramaga (25/4).

Bertolak dari Jember dengan berbekal beasiswa dari Program Beasiswa Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) batch dua (2015-2019) Rahmat mulai kuliah di IPB. Dengan beasiswa ini, Rahmat bisa langsung melanjutkan studi doktoralnya di IPB setelah diwisuda esok.

“Saya sangat bersyukur sejak SD, saya merupakan penerima beasiswa dengan dana BOS, kuliah sarjana (tahun 2011) di Universitas Jember pun saya mendapat beasiswa unggulan Dikti. Di sela-sela studi S1, saya diberikan kesempatan untuk mengikuti magang di Korea Selatan (Hankyong National University) selama satu bulan dan pertukaran pelajar di Thailand (Kasetsart University) selama satu tahun,” ujarnya.

Selama menempuh pendidikan di IPB, Rahmat sudah mempublikasikan satu jurnal internasional, dua jurnal terindeks scopus (masih tahap reviewer) dan satu draft jurnal internasional.

“Ketertarikan saya terhadap ilmu hortikultura Indonesia menuntut saya untuk berguru di IPB. Tentunya saya tidak salah alamat, karena ada banyak ahli hortikultura di kampus ini. IPB adalah tempat yang tepat untuk memperdalam ilmu pertanian khas Indonesia. Target saya ke depan adalah ingin menuntaskan pendidikan doktor saya di IPB, dengan target lulus sebelum bulan Agustus 2019,” tuturnya.

Dalam penuturannya, Rahmat dan dua adiknya dibesarkan oleh keluarga yang sederhana dari seorang ayah, Gatot Subagyo, yang bekerja sebagai loper koran dan ibu rumah tangga bernama Sudi Rahayu. Ia dan kedua adiknya selalu mendapatkan dukungan moral dari ayahnya untuk tidak putus asa dalam mencari ilmu setinggi mungkin.

“Ayah selalu bilang kepada kami untuk tidak khawatir tentang biaya sekolah. Kata ayah, tidak mungkin sekolah akan mengeluarkan kami karena tidak bisa bayar sekolah,” imbuhnya.

Dengan penghasilan tunggal dari ayah sekitar 50 ribu per hari (jika semua korannya habis terjual), Rahmat mengaku bersyukur bisa kuliah. Adiknya bahkan sudah lulus dari politeknik di Jember berkat beasiswa bidikmisi.

Menurutnya, keluarga besarnya sangat mengutamakan pendidikan. Dulu, jika Rahmat berhasil menjadi juara satu, maka kakek atau neneknya akan membelikannya sepatu baru. Kini, Rahmatlah satu-satunya di keluarga besarnya yang berhasil mencicipi pendidikan tertinggi.

“Kini kondisi ekonomi keluarga kami sedikit membaik. Alhamdulillah rumah kami sudah mulai ditembok dan berkeramik. Dulu rumah kami terbuat dari bambu, orang Jawa menyebutnya gedhek dan berlantaikan tanah,” tuturnya.

Rahmat ingin ilmu yang telah diperoleh di IPB bisa ia manfaatkan untuk mendukung pembangunan hortikultura daerah sekitar tempat tinggalnya yaitu di Jember.

“Saya berencana untuk membagi ilmu hortikultura yang sudah saya dapatkan ke petani-petani sekitar, dan sekaligus menjembatani alih teknologi dari peneliti ke petani dan sebaliknya. Saya berharap IPB dapat lebih meningkatkan kemajuan sarana pengujian dan laboratorium karena dapat meningkatkan minat belajar dan meneliti mahasiswa pascasarjana. Semoga ilmu yang saya peroleh semasa di IPB dapat bermanfaat bagi daerah saya,” ujarnya. (dh/Zul)

 

Sumber: BRIN

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *